Hipa 5 Ceva, salah satu varietas tahan HDB (BBPadi). |
Jika anda menemukan tanaman padi yang
muda pada saat fase awal pertumbuhan tiba-tiba layu dan akhirnya mati.
Begitu juga jika anda menemukan tanaman padi yang telah dewasa tepi
daunya berwarna keabu-abuan dan akhirnya mengering. Kemungkinan besar
tanaman padi anda terserang penyakit hawar daun bakteri (HDB).
Tanaman padi
yang terserang penyakit hawar daun bakteri (HDB) pada fase awal
pertumbuhan, tanaman layu dan akhirnya mati. Gejala inilah yang
biasanya oleh petani disebut dengan penyakit kresek.
Sedangkan pada tanaman dewasa serangan mulai dari tepi daun berwarna
keabu-abuan dan akhirnya mengering sehingga tanaman tidak dapat
berfotosintesisi dengan baik sehingga pertumbuhan tanaman terganggu.
Apabila serangan pada saat tanaman berbunga, hawar daun bakteri ini
dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar dengan mengurangi hasil
sampai 50-70% akibat pengisian gabah terhambat sehingga gabah hampa
meningkat.
Penyakit hawar daun bakteri (HDB) ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv.oryzae. Bakteri patogen ini biasa disebut juga dengan patogen Xoo. Di masyarakat secara umum penyakit hawar daun bakteri ini disebut juga sebagai penyakit kresek. Mungkin tanaman yang terserang penyakit hawar daun bakteri ini bunyinya kresek-kresek pada saat tertiup angin, sehingga untuk memudahkan akhirnya disebut sebagai penyakit kresek.
Serangan penyakit hawar daun bakteri ini
menyerang tanaman padi mulai dari persemaian sampai tanaman padi
menjelang panen. Infeksi dimulai dari bagian daun melalui luka seperti
bekas potongan bibit padi atau lubang alami daun seperti stomata
(lubang daun) dan merusak klorofil daun, sehingga kemampuan daun untuk
melakukan fotosintesis menjadi menurun dan pertumbuhan tanaman
terhambat.
Penyakit hawar daun bakteri (HDB) ini
biasanya menyerang tanaman padi pada saat musim hujan. Kondisi
pertanaman dengan kelembaban yang tinggi dan pemupukan yang tidak
berimbang dengan dosis pupuk nitrogen yang tinggi.
Menanam Varietas Padi Tahan Hawar Daun Bakteri (HDB)
Pengendalian Hawar Daun Bakteri (HDB)
dengan menanam varietas yang tahan dilakukan dengan cara menanam
varietas-varietas padi yang tahan terhadap serangan penyakit hawar daun
bakteri ini. Pada saat ini sudah ada beberapa varietas padi yang tahan
pada beberapa strain / patotipe hawar daun bakteri . Tingkat
ketahananan terhadap hawar daun bakteri ini bervariasi antara agak
tahan dan tahan.
Varietas – varietas padi yang agak tahan
terhadap penyakit hawar daun bakteri ini antara lain Ciliwung,
Fatmawati, Mekongga dan Aek Sibundoong (patotipe IV),Widas, Rokan dan
Hipa 3 ( patotipe III dan IV), Ketonggo, Ciherang, Inpari 2 dan Inpari 3
(patotipe III), Tukad Unda dan Tukad Petanu (patotipe VIII), Hipa 4,
Hipa 5 Ceva, Hipa 6 Jete (patotipe IV dan VIII), Inpari 1 dan Inpari 6
Jete (patotipe III, IV dan VIII).
Sedangkan varietas padi yang tahan
terhadap penyakit hawar daun bakteri (HBD) ini antara lain Memberamo,
Cibodas, Maros, Sintanur, Wera, (patotipe III), Way Apo Buru, Singkil,
Konawe, Intani, Sunggal, Ketan Hitam (patotipe III dan IV), Code,
Angke, Ciujung, Inpari 1, Inpari 6 Jete (patotipe III, IV dan VIII) .
Namun menanam varietas tahan juga harus
dilakukan secara hati-hati. Strain / patotipe penyakit hawar daun
bakteri cepat sekali membentuk strain/patotipe baru yang lebih ganas
(virulen). Sehingga tingkat ketahanan padi varietas tahan hawar daun bakteri terhadap serangan bakteri Xanthomoasn sp
penyebab HDB juga menjadi tidak bertahan lama. Selain itu varietas
tahan yang ditanam pada suatu wilayah tertentu bisa menjadi varietas
yang rentan jika ditanam pada wilayah lainya, hal ini disebabkan karena
strain / patotipe HDB ini cepat bergeser dari wilayah yang satu ke
wilayah yang lain.
Pengendalian Hawar Daun Bakteri (HDB) Dengan teknik budidaya.
Pengendalian penyakit hawar daun bakteri
dilakukan secara terpadu dengan menggunakan teknik budidaya. Beberapa
teknik budidaya yang disarankan antara lain dengan perlakuaan bibit dan
pergiliran varietas, menanam dengan jarak tanam yang tidak terlalu
rapat, irigasi / pengairan secara berselang (intermeten), pemupukan
sesuai kebutuhan tanaman dan menanam varietas tahan.
Perlakukan bibit dilakukan dengan cara
jangan menanam bibit yang dipotong akar atau daunya terlebih dulu sebab
akan mempermudah infeksi bakteri Xoo.. Strain / Patogen HBD ini
biasanya menginfeksi melalui luka bekas potongan pada bibit padi yang
ditanam.
Penyakit hawar daun bakteri ini dipicu
juga oleh keadaan lingkungan sekitar pertanaman dengan kelembaban yang
tingi. Oleh karena untuk menekan perkembangan HBD ini dilakukan dengan
menanam padi dengan jarak yang tidak terlalu rapat. Pengairan dilakukan
secara berselang (intermiten) sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman dan jangan menggenangi tanaman padi secara terus menerus.
Hawar daun bakteri juga berkembang pada
tanaman padi yang dipupuk dengan pupuk Nitogen dengan dosis yang tinggi
tanpa diimbangi dengan pupuk Kalium. Pupuk Nitrogen yang tinggi akan
memacu pertumbuhan vegetatif tanaman namun tanaman kurang tahan terhadap
infeksi bakteri patogen Xoo. Oleh karena itu untuk menekan
perkembangan hawar daun bakteri ini harus pemupukan tanaman padi harus
dilakukan secara berimbang. Pupuk Nitrogen yang diaplikasikan harus
diimbangi dengan aplikasi pupuk Kalium.
Sedangkan pengendalian hawar daun
bakteri dengan aplikasi bahan kimia dapat dilakukan dengan bakterisida.
Namun penggunaan bakterisida ini harus dilakukan secara bijaksana dan
sesuai dengan rekomendasi setempat (Bahan : BBPadi Sukamandi)
Sumber: http://www.penyuluhpertanian.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar