Penyakit CVPD merupakan momok bagi para
petani jeruk di tanah air. Akibat serangan penyakit CVPD ini banyak
petani yang mengalami kerugian yang parah, tanamanya rusak sehingga
tidak dapat berproduksi dengan baik. Buah menjadi rusak bahkan tanaman
bisa tidak dapat berproduksi sama, sehingga sangat merugikan bagi petani
jeruk.
Penyebab Penyakit CVPD.
Penyebab penyakit CVPD ini adalah virus Liberibacter asiaticum. Sedangkan penularanya oleh serangga vektor Diaphorini citri. Serangan penyakit ini terjadi baik tanaman berada di persemaian maupun di kebun, terutama pada tunas-tunas.
Gejala Serangan Penyakit CVPD.
Tanaman muda yang terserang penyakit
CVPD menunjukkan gejala adanya kuncup yang berkembang lambat, tumbuh
mencuat keatas dengan daun- daun kecil dan belang- belang kuning.
Tanaman biasanya menghasilkan buah berkualitas jelek.
Pada tanaman jeruk yang dewasa, gejala
penyakit CVPD adalah cabang yang daun- daun yang menguning dan kontras
dengan cabang lain yang daun- daunnya masih sehat (greening sectoral).
Daun pada cabang- cabang yang terserang CVPD menjorok keatas seperti
sikat. Gejala lain adalah daun berukuran lebih sempit berbentuk lancip
dengan warna kuning diantara tulang daun. Gejala- gejala seperti ini
mirip dengan gejala tanaman yang kekurangan unsur Zn.
Buah yang tumbuh pada cabang- cabang
terserang penyakit CVPD biasanya tidak dapat berkembang normal dan
berukuran kecil, terutama pada bagian yang tidak terkena cahaya
matahari. Pada pangkal buah biasanya muncul warna oranye yang
berlawanan dengan buah- buah yang sehat. Buah- buah yang terserang
rasanya masam dan bijinya kempes, tidak berkembang dan berwarna hitam.
Pengendalian Penyakit CVPD.
Serangan penyakit CVPD ini beberapa kali
menyerang sentra jeruk di tanah air. Secara umu sampai saat ini
penyakit CVPD ini masih belum dapat ditemukan obat / pestisida yang
dapat menyembuhkan akibat serangan CVPD. Namun sebenarnya penyakit CVPD
ini sebenarnya dapat dikendalikan dengan menerapkan pengendalian secara
terpadu dengan menitikberatkan pada Kebun Jeruk Sehat. Apabila kondisi
pertanaman di kebun sudah memenuhi syarat Kebun Jeruk Sehat maka
perkembangan penyakit CVPD dapat ditekan seminimal mungkin.
Pengelolaan Kebun Jeruk sehat secara
terpadu ini merupakan hasil kajian yang telah dikembangkan oleh Balai
Penelitian Tanaman Jeruk dan Subtropika (BALITJESTRO), Malang, Jawa
Timur. Pengendalian penyakit CVPD secara terpadu ini diberi nama Pengendalian Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTJKS).
Pengendalian Terpadu Kebun Jeruk Sehat
(PTJKS) ini terdiri dari lima komponen teknologi yang kompatibel dan
dilaksanakan secara bersama-sama pada satu hamparan kebun jeruk yaitu
Penggunaan Bibit Sehat Berlabel Biru, Eradikasi Tanaman Sakit,
Mengendalikan Serangga Vektor, Pemeliharaan Tanaman Optimal dan
Penngendalian pada satu Kawasan / Hamparan.
Penggunaan Bibit Sehat.
Bibit jeruk yang ditanam harus bibit yang berlabel, minimalberlabel
biru, serta harus dalam kondisi yang sehat dan bebas dari patogen virus
CVPD atau virus lainya.
Mengendalikan Serangga Vektor CVPD. Vektor CVPD yang dapat menularkan atau membawa virus Liberibacter asiaticum penyebab CVPD adalah serangga Diaphorina citri. Untuk menekan dan mengendalikan beberapa vektor tersebut. Serangga Diaphorini citri dapat dikendalikan dengan melabur batang jeruk dengan insektisida sistemik berbahan aktif imadaklorid seperti Confidor setiap 2 minggu sekali serta penyemprotan insektisida kontak dua kali berselang setelah ditemukan Diaphorini citri.
Sedangkan insektisida lainya yang dapat
digunakan mengendalikan populasi vector Diaphorini citri tersebut
diantaranya dimethoate (perfekthion, roxion 40 EC, rogor 40 EC, cygon)
yang diaplikasikan pada daun atau disuntikan pada batang, dan edosulfan
(dekasulfan 350 EC). Aplikasi insektisida hendaknya dilakukan pada saat
tanaman menjelang dan ketika bertunas.
Pengendalian bisa juga dilakukan dengan perangkap berwarna kuning untuk menangkap serangga Diaphorini citri dewasa.
Eradikasi Tanaman Terserang.
Apabila sudah diketahui ada beberapa tanaman yang terserang CVPD segera
lakukan eradikasi dengan jalan mencabut / membongkar tanamn tersebut
dan membakarnya. Kemudian sulam dengan tanaman baru yang sehat dari
bibit berlabel biru.
Pemeliharaan Tanaman Secara Optimal.
Pemeliharaan tanamn jeruk secara optimal dapat membuat tanaman menjadi
lebih tahan terhadap serangan penyakit CVPD ini. Selain itu dengan
pemeliharaan tanamn yang optimal, serangan penyakit CVPD ini dapat
segera terlihat / diidentifikasi apabila tanaman ada yang terserang
sehingga dapat segera kita pangkat / bongkar. Pemeliharaan optimal
meliputi pemupukan secara tepat dan berimbang antara pupuk makro dan
mikro, pengendalian gulma, pengairan secara tepat maupun pemangkasan
ranting tanaman sehingga tanamn dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik.
Pengendalian Serempak Pada Satu Kawasan / Hamparan.
Pengendalian penyakit CVPD akan lebih
effektif apabila dilakukan secara bersama-sama oleh para petani yang
berada pada satu hamparan / kawasan. Penyakit CVPD ini cepat berkembang
dan menular dengan cepat sehingga untuk membatasinya harus dilakukan
pengendalian secara terpadu yang dilakukan secara bersama-sama dalam
satu hamparan.
Selain pengendalian secara terpadu
dengan konsep kebun jeruk sehat dengan PTKJS seperti tersebut di atas,
pemerintah juga berusaha membatasi penyebaran penaykit CVPD ini dengan
melarang pertukaran benih dari daerah endemik CVPD ke daerah yang bebas
CVPD, antara lain dengan Keputusan Mentri Pertanian Nomor
129/Kpts/um/3/1982 yang isinya melarang pengangkutan tanaman / bibit
jeruk dari daerah endemik ke daerah bebas CVPD (materi : Balitjestro.
gambar : tarunabumi.blogspot.com)
Sumber: http://www.penyuluhpertanian.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar